Minggu, 27 Juni 2010

Tampil Beda, Mengapa Tidak?


Tukang sihir, Majnun (baca : gila), pembohong, dan sederet gelaran dilontarkan oleh musyrik Quraisy kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Julukan-julukan tersebut diberikan kepada Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mulai mendakwahkan Islam yang sangat asing bagi mereka.
Betapa tidak, ketika Rasulullah menyerukan agar mereka meninggalkan sesembahan-sesembahan mereka dan hanya beribadah kepada Allah, apa jawaban yang terucap ?
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad : 5)
Sebagaimana mereka berkata,
“Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.” (Shaad : 4)
Itulah gambaran perdana Rasulullah dalam menyampaikan risalah kenabian yang memang dianggap ‘aneh binasing’ oleh orang-orang kafir. Mulanya mereka member gelar As-Shadiqul Al-Amin (orang jujur lagi terpercaya) kepada Rasulullah saking jujurnya Beliau dalam setiap tindak kehidupannya. Nyatanya setelah beliau menjadi Rasul dan melancarkan dakwah tauhid, dengan serta merta mereka (Musyrikin Quraisy) menolaknya dan melipakan kejujuran dan sifat amanah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Merekapun berbalik arah memusuhi Beliau dan menjuluki beliau dengan gelar-gelar keji.
Benarlah apa yang tersurat dalam firman-Nya,
“Demikianlah tidak seorang rasulpun yang dating kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan : “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (Adz Dzariat : 52 -53)
Lain Dulu, Beda Sekarang
Memang, Islam datang dalam keadaan asing, aneh dan mengundang tanda Tanya, dan akan kembali dalam keadaan asing.
Rasulullah sendiri telah menegaskan dalam sabdanya,
“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti mulanya.” (Riwayat Muslim)
Dahulu kaum musyrikin menganggap asing ajaran Islam yang menyerukan untuk hanya menyembah Allah semata, membuang kesyirikan dan menghilangkan segala hal yang tak bersesuaian dengan syariat Islam.
Keterasingan tersebut disebabkan karena Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam diutus oleh Allah pada masa ygn begitu lama tak ada rasul yang diutus oleh Allah. Masa yang penuh kejahiliyahan, masa yang tak mengenal setitik kebenaran, masa yang tak lagi didapati hukum aturan yang dappat dijadikan pegangan. Ketika itu, manusia hanya mewarisi tradisi para leluhur mereka dengan begitu saja mengikuti pemikiran, adat-istiadan dan warisan yang sesat dan menyimpang. Begitu Rasulullah diutus untuk menyampaikan risalah kenabian yang menyerukan tauhid dan memberangus syirik, maka terbetiklah keanehan pada masyarakat Quraisy.
Keterasingan akan Islam yang dirasa oleh musyrikin Quraisy bukan hal yang aneh karena keyakinan yang mereka miiliki bertolak belakang dengan apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Namun di era kiwari ini, kembali ajaran Islam dianggap aneh oleh sebagian kalangan. Sebagian syariat yang memang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tetap dianggap asing dan tak dikenal oleh orang-orang yang mengaku sebagai umat islam.
Ketiaka seorang melaksanakan syariat atau satu sunnah dari Nabi selalu ada yang menganggap aneh ajaran yang diikuti, terlebih pelakunya. 
Mereka yang berupaya menyerukan ajaran tauhid, yakni mengajak hanya semata-mata menyembah Allah Subhanahu Wata’ala, berdoa kepada-Nya, bukan kepada para Nabi dan Wali, banyak orang yang menentang dan menampiknya. Tak jarang ia dikatakan sebagai pengikut kelompok ekstrim, dengan tujuan agar tidak ada orang yang mau menerima dakwahnya.
Mereka yang membiarkan jenggot tumbuh di dagunya dikatakan ‘kambing berkaki dua’. Mereka yang mengenakan celana di atas mata kaki dikatakan ‘kebanjiran’. Mereka yang komitmen mengenakan pakaian Islami dicap sebagai teroris dan masih tak sedikit celaan yang terlontar.
Satu kabar Gembira
Di tengah keterasingan syari’at bahkan di kalangan pemeluknya sendiri, ada satu hal yang mesti dicermati dan diyakini yakni bahwa mereka yang dianggap aneh plus beda masuk dalam kategori sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
“Berbahagialah orang-orang yang asing, yaitu orang-orang shalih yang berada di antara orang-orang jelek, orang yang tidak sejalan dengan mereka memiliki kuantitas yang lebih banyak ketimbang orang-orang yang sejalan.” (Riwayat Ahmad, Shahih)
Karenanya pula dalam ayat-Nya Allah juga memberikan pujian kepada mereka,
“Dan sedikit hamba-hamba-ku yang bersyukur.” (As Saba : 13)     
Itulah sunnatullah yang berlaku pada para hamba-Nya. Pengikut kebenaran memang kuantitasnya lebih kecil ketimbang penganut dan penganjur kebatilan. Allah berfirman,
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya.” (Yusuf : 103)
Memang benar Allah membuat kabar yang disampaikan Rasulullah menjadi suatu kenyataan, yaitu Islam kembali asing. Keterasingan Islam akan muncul ketika telah habis para pengikutnya atau sedikit sekali orang yang mengikutinya. Dan itu akan terjadi ketika hal yang sebenarnya ma’ruf dianggap sebagai suatu yang mungkar maupun sebaliknya. Semula yang merupakan sunnah dianggap bid’ah dan sesuatu yang memang bid’ah disangka sunnah. Dalam keadaan ini para pengikut sunnah akan selalu mendapat celaan yang seharusnya celaan dan permusuhan tersebut dialamatkan kepada pelaku kesesatan dan mereka yang menyimpang dari Islam.
Celaan-celaan terhadap para pelaku kebenaran semacam ini muncul karena para pelaku kesesatan sangat berkeinginan untuk bersatu dalam kesesatan mereka.
Akan tetapi Allah tidak menghendaki mereka bersatu hingga hari kiamat. Meski berjumlah banyak, mereka tetap tidak akan mampu bersatu dalam memerangi sunnah dan para pengikutnya. Bahkan para penolong agama Allah-lah yang bakal mendapat pertolongan dari Allah,
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat Lagi Maha Perkasa.” (Al Hajj : 40)
Pengikut kebenaran itulah yang akan senantiasa eksis hingga hari kiamat. Hanya saja karena banyaknya kelompok yang menyeleweng dari kebenaran menyerang, memusuhi, membenci, mengharuskan para pengikutnya untuk lebih ekstra sabar berjuang dalam menghadapi dan membendung serangan mereka. Ekstra keras dalam membela dan mempertahankan diri sepanjang siang dan malam. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal kepada mereka yang konsisten di atas kebenaran dan member hidayah kepada orang yang memusuhinya.
So, jangan takut dengan celaan dan cap beda plus aneh yang dilontarkan kepada kita lantaran kebenaran teraplikasi dalam kehidupan. Jadikan celaan dan keterasingan sebagai cambuk untuk lebih kuat memegangi dan melaksanakan kebenaran ajaran Rasulullah!
(Abu Azzam)

Sumber :
Majalah elfata edisi 3 Vol. 6 No. 01 2006

1 komentar:

  1. Bismillah,,

    Iya benar,, gak usah peduli apa kata orang,, keep istiqamah aja,, maka semuanya akan beres, insyaaAllah,,

    BalasHapus

Silahkan posting komentar anda